Sunday, March 14, 2010

Biografi PAS Band


KONON, KALAU bicara band indie yang sukses menembus pasar major dengan
sukses, nama PAS BAND adalah nama teratas yang harus disebut. PAS Band
mulai meniti karir dari panggung-panggung underground sejak 1989.
Awalnya, band yang lahir di kampus Unpad yang diperkuat oleh Bambang
(gitar), Trisno (bas), Richard Mutter (dram), dan Yuki (vokal) ini
kebanyakan mengusung musik-musik beraliran keras macam hardcore.

GRUP yang mencampurkan warna musik rock, hip hop dan punk ini, Pas Band
berdiri secara resmi pada tahun 1990. Pada tahun tersebut grup yang
terdiri dari Beng Beng (gitar), Trisno (Bass), Yukie (vokal) dan Richard
Muttler (drum) ini merilis album EP berbendera indie label dengan debut,
/Four Through The Sap./ Sukses album indie tersebut, Pas Band kemudian
masuk mayor label Aquarius. Hasilnya mereka mencetak tiga album sukses.
Album kelimanya disebut album kenangan drummer Richard yang meninggal
awal Februari 2000. Untuk menyukseskan album tersebut, Pas Band
menggunakan additional player, Sandy (U Camp).

BERAWAL dari band kampus di Bandung, Pas mencoba masuk ke musik
Indonesia. Kini kehadirannya mewarnai permusikan tanah air. Adalah Yukie
sang vokalis yang selalu tampil maksimal dalam setiap konsernya. Dalam
penampilan bersama Dave Ghrol dari Foo Fighter, ketika mereka sempat
manggung bareng, mantan dosen Sastra Jepang di Unpad ini pernah membuat
atraksi kontroversial dengan membuka celananya di tengah penonton. "Itu
memang emosional dan spontanitas saja," kilahnya. Yukie memandang
bermusik adalah suatu pekerjaan moral, "Yang harus bisa menjadi
pencerahan batin dan pikiran buat semua yang mendengar. Soal easy
listening atau tidak itu kembali pada transfer perasaan."

Personil lain, TRISNO, tidak memungkiri bahwa lagu yang dibawakan Pas
Band banyak menampilkan nuansa yang 'janggal' di telinga orang awam. Hal
tersebut karena mereka banyak dipengaruhi oleh permainan grup musik
Perfect No More dan Red Hot Chili Pepers. "Warna musik Pas Band bisa
dikatakan rock yang terkontaminasi. Ya terkontaminasi rock, jazz, maupun
heavy metal," ujar Trisno. Sarjana sastra Jerman yang adik kandung Beng
Beng ini mengaku pada awalnya terpaksa sering meminjam bas milik pemain
lain sebelum manggung, "Saat itu kami belum serius. Namanya juga band
mahasiswa yang manggung kalau ada rame-rame," ujar Trisno yang kini
sudah mampu membeli sendiri peralatan keperluan band di Singapura.

Untuk meraih kesuksesan seperti sekarang, gitaris ini mengaku telah
mengalami pasang-surutnya kehidupan band. Bahkan sempat ganti personel
beberapa kali. Bukan berarti kreasi bermusik mereka terhenti bahkan
lebih tertantang lagi untuk memberikan karya terbaik. Kini malah boleh
dibilang grup musik asal kota kembang ini telah mengibarkan bendera
"indie label" di tengah "major lebel" yang menguasai industri musik.

Grup yang memulai karirnya dari ajang Indie Lable ini mempunyai
keistimewaan dari segi lirik-lirik mereka. Lirik yang mereka tawarkan
banyak mengandung pesan-pesan moral yang dibalut dalam bahasa yang
puitis. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran Yukie sang vokalis
yang memang memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan lirik dari
Pas Band.

Selain itu mereka juga memiliki kekuatan dari segi musik yang didukung
oleh Bengbeng dengan permainan gitarnya yang cukup apik, Trisno dengan
cabikan bassnya yang 'galak' serta Richard dengan gebukan drumnya yang
menggebu dan sekarang posisinya digantikan oleh Sandy yang tak kalah
bagusnya.

Sejalan dengan perjalanan waktu dan bertambahnya usia mereka, mereka
mulai menunjukkan kedewasaannya dalam bermusik... Jika pada album
pertama 'For Through The Sap' yang diikuti oleh masing-masing 'In (No)
Sensation', dan 'IndiVduality' mereka menawarkan musik yang hingar
bingar hampir diseluruh lagunya, mulai album 'Psycho ID' mereka
menawarkan musik yang dapat dikatakan cukup pantas untuk ukuran mereka
yang mulai memasuki usia kedewasaan.

PAS Band yang kini telah menghasilkan album dari label besar Aquarius.
Bersama Puppen, Pure Saturday, Koil, Pas Band termasuk grup-grup awal
yang sejak sekitar 1994-an terus bertahan dengan idealisme bermusik
dengan membuat album sesuai selera band. Belakangan lagu Jengah atau
Malam Tetaplah Malam dari album Pas terbitan Aquarius itu banyak
digemari publik.

DI BANDUNG sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang
menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio
Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini
digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika
semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan
membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset,
poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya.

Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24
yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel
"Masaindahbangetsekalipisan." Band-band indie yang ikut serta di
kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To
The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal
Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain
PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai
band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini
album mereka yang bertitel "Four Through The S.A.P" ludes terjual 5000
kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide
merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel
Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock
pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock
amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...